Rabu, 11 Desember 2013

Kasihan sekali mereka

Dewasa sebelum saatnya, mereka selalu mengikuti gaya dari apa yang mereka lihat. Kebiasaan merokok dari kecil karena mereka melihat ayah mereka merokok, dan hampir semua orang dewasa disekitar mereka merokok. Ditambah lagi semua warung menjual rokok dan anak-anak tanpa batasan umur boleh membelinya. Seandainya bayi-bayi itu bisa berjalan ke warung dengan sendirinya dan ingin membeli rokok niscaya penjaga warung akan menjualnya. Sebab untung lebih penting bagi mereka ketimbang harus tahu siapa pembeli dan apa akibat dari barang yang dibeli.

Pernah saya bertanya kepada seorang penjual rokok dengan warung grosir kecil miliknya, saya bertanya berapa omset dari penjualan rokok dalam satu pekan? Dia menjawab waahhh banyak mas… dalam satu minggu saja bisa 150 juta. Dan kembali saya lihat warungnya tidak lebih dari 5x3 meter saja… subhanallah pendapatan yang luar biasa dan naudzubillah ternyata itu hanya omset dari penjualan rokok.

Terkadang saya jijik melihat anak sekolahan merokok, petantang-petenteng kesana-kemari denga n menghisap rokok sambil berjalan, berlari, sedang diatas motor yang abu rokoknya mengganggu bagi pengendara dibelakangnya… ingin rasanya berteriak dan melempari mereka agar tidak merokok sembarangan. Sebab menurut penelitian perokok pasif justru lebih berbahaya. Tapi krena pernyataan itu pula mereka berdalih, ketimbang menjadi perokok pasif yang sangat berbahaya mending jadi perokok aktif yang bahayanya hanya sedikit. Gilaaa…..

Belum lagi dengan sejumlah anekdot sesat yang menguntungkan bagi perokok. Anak muda sekarang sering kena musibah dengan kata-katta sihir ilmu hitam yang kalimatnya gak laki klo gk merokok. Padahal banci dan PSK hampir semuanya merokok… apakah mereka juga mau disamakan dengan banci atau PSK??? Memang kalimat itu sihir dari ilmu hitam. Lalu pergaulan mereka rusak dan sudah merencanakan sakit dihari tua, sebab dampak rokok bisa saja tidak dirasakan di usia muda akan tetapi mati diusia tua dengan kondisi yang mengenaskan.

Ditambahlagi kebijakan sesat pemerintah tentang rokok. Entahlahhh, semuanya sudah sesat dan menyesatkan hanya gara-gara rokok bisa menghidupkan perekonomian orang lemah. Padahal  ia bisa mematikan bagi orang kuat.

Generasi muda saat ini harus segera diselamatkan, dan dengan program apapun itu yang bisa menjauhi mereka dari buruknya dampak rokok. Dampak sosial dan ekonomi. Bayangkan saja para pekerja bangunan itu berani menghabiskan uang untuk membeli rokok 10 ribu sehari dan kalau dikalikan 30 hari bisa menghasilkan duit 300 ribu/ bulan. Padahal penghasilan mereka tidak lebih dari 700 ribu-1 jt/bulan. Bagaimana kalau alokasi duit rokok itu di jadikan sebagai tabungan kesehatan atau hari tua, atau bisa dimanfaatkan sebagai bekal pendidikan anak yang nilai investasinya bisa dinikmati seumur hidup… akan luarbiasa hasilnya. Kita tidak harus menunggu pemerintah bisa memperhatikan masalah ini. Mungkin kita semua bisa memulainya dari sekarang. 

Minggu, 08 Desember 2013

Catatan akhir tahun 2013

Prestasi demi prestasi terus diciptakan oleh anak bangsa ini, sederet penghargaan prestisius terus diterima dengan gembira dan senang hati. Euforia menyambut kemenangan demi kemenangan. Semua terasa begitu mengagumkan, dan bahkan serasa tidak pantas diri ini menerima segalanya bila memandang kondisi sekitar yang masih terus dan sangat kekurangan.

Sebut saja kemenangan-demi kemenangan dan bahkan tidak terkalahkan bagi TIMNAS Sepak Bola U-19. Permainan apik dari generasi muda yang bahkan jauh lebih baik dari TIMNAS Senior yang terus dan selalu mengalami kekalahan dan begitu juga kakak tingkat mereka U-23.  Ini sangat mengagumkan dari generasi yang masih muda, dengan semangat tinggi dan daya juang luar biasa serta permainan yang bisa dibilang AMAZING untuk orang Indonesia.

Keberhasilan negeri ini dalam menyelenggarakan event internasional, pertandingan olahraga, seminar, pertemuan kepala negara berkembang dan maju dan sederet pertemuan-pertemuan penting lainnya. Yang mampu menyedot banyak wisatawan asing manca negara dan menarik investor agar ramai datang untuk menanamkan modal mereka yang pada akhirnya kesejahteraan masyarakat Indonesia mampu terkatrol naik. Percepatan pembangunan infrastruktur yang mengagumkan dan keinginan segera untuk menjadi negara maju dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil setiap tahunnya.

Tapi, negeri ini juga bukan berarti tanpa cela. Politisi yang semakin hari semakin menampakkan borok yang sudah berbau busuk dan bahkan bernanah berulat. Korupsi yang tertangkap tangan, mempunyai wanita simpanan, rapat dalam kondisi mabuk dan tertangkap memakai narkoba. Juga merupakan sederet keburukan yang tampak jelas. Seperti kata orang kalau yang tampak jelas saja seperti itu, bagaimana pula yang tidak tampak. Bisa jadi negeri ini semua telah mereka gadaikan hanya untuk kepentingan dan hawa nafsu serakah mereka semua.

Kondisi ekonomi yang memprihatinkan, dolar merangkak naik mencapai 12.000 atau 12.500 setiap 1 US $. Betapa rentannya negeri ini.

Belum lagi kondisi generasi muda yang masih usia sekolah dan suka tawuran, bikin video ‘Porno’, dan tindakan asusila lainnya. Dan itu yang tampak di daerah perkotaan, bagaimana pula kondisi pedesaan yang anak mudanya banyak menikah di usia muda bahkan berhenti sekolah akibat hamil di luar nikah. Nauzubillah min dzalik.

Ada juga yang mati konyol setelah pesta miras oplosan, bahkan itu terjadi di tengah pesta disebuah kampung. Anak-anak-tua muda-muda dan semua lapisan masyarakat ikut nonton dangdutan ‘hot’ di kampung-kampung. Betapa berbahayanya jika orang disekitar kita sudah tidak peduli dengan prilaku orang lain. Hilang sudah sikap “tawashaw bil haqqi wa tawashaw bisshabri” nasehat dan mengingatkan akan kebenaran dan kesabaran.

Prestasi yang banyak ternyata diimbangi dengan keburukan yang berjejer berbaris rapat. Yang jelas kita harus dan tetap meng-evaluasi diri, masyarakat serta negeri ini. Kita ingin maju dan sukses. Kita ingin negeri gemah-ripah-lohjinawi  dan madani itu segera terwujud. Wallahu a’lam bisshawab. 

Jumat, 06 Desember 2013

Banjir menghantui kita........

Kasihan sekali para ibu-ibu yang tidur malamnya tidak kunjung lelap, sebab hujan malam itu tak kunjung reda. Bila ia bisa tidur dengan lelap, kemungkinan air luapan dari sungai, selokan yang tak mampu menampung debit air hujan akan masuk kerumah-rumah mereka, membasahi dan bahkan menenggelamkan semua perabotan rumahtangga, alat-alat elektronik dan anak-anak mereka yang telah tertidur pulas.

Konon kota Pekanbaru nan bertuah itu dah lama jadi kota berkuah, semenjak pertumbuhan kota semakin menggila, sepanjang jalan dan pandangan mata banyak jejeran ruko berdiri, tak serupa dan tak sama warna, badan jalan yang sudah beralih fungsi jadi lahan parkir, pejalan kaki pun semakin segan melewati jalan sebab kota semakin tidak ramah dengan mereka. Bila hujan turun…hanya hitungan menit bisa dipastikan jalanan akan berubah menjadi kolam raksasa.

Daerah pinggiran kota yang dulu rawa dan daerah resapan kini sudah berubah jadi perumahan, maka wajar saja saat banjir tinggi air yang menggenangi perumahan itu bisa mencapai dada orang dewasa. Parit, selokan dan sungai-sungai sudah menyempit dan dangkal. Pernah dulu adan niatan membuat master plan "Water Front City" mungkin ingin mencontoh venesia di eropa. tapi itu hanya usulan yang hampir jadi igauan, nyaris tak tersentuh apalagi dilaksanakan.

Bisa saja kita berdalih kejadian ini menimpa hampir disemua kota-kota dibelahan dunia. Tapi, apakah benar kita ingin disamakan dengan kota-kota yang senantiasa banjir bila hujan turun? Tentu tidak adalah jawaban kita. 

Berbenah dan memperbaiki tata kota adalah jawaban semuanya, membangun selokan dan memperbaiki drainase sebelum membangun perumahan dan jalanan besar. Membuat suangai-sungai baru dan pengerukan sungai-sungai lama yang dangkal. Membuka ruang hijau dan serapan air serta menghidupkan kembali ekosistem perairan agar alam kembali berbaik hati dengan kita.

Zhaharal fasadu fil barri wal bahri bima kasabat andinnas” telah jelas alam yang rusak karna kita semua, maka hanya kita bersama pula yang bisa memperbaikinya. “Qad gharasa man qablana fa akalna, wa naghrisu nahnu liya`kula man ba’dana” Hari ini kita merancang untuk masa depan anak cucu kita yang lebih baik. 

Rabu, 13 November 2013

Banjir Bandang Wasior terulang lagi!

Masih segar diingatan kita, di akhir 2010 lalu terjadi banjir bandang terjadi di distrik wasior manokwari papua, dan terlihat dengan jelas wajah-wajah ketakutan dan kesedihan akan bencana yang terjadi pada masyarakat disekitar daerah bencana. Rumah-rumah yang hanyut dan hancur dan berikut juga jalan-jalan serta jembatan-jembatan yang menghubungkan satu daerah dengan lainnya. Hari ini 13 November 2013 bencana itu kembali terjadi, lalu ramailah berita merebak keseluruh penjuru Indonesia yang kemudian membangkitkan rasa takut dan sedih serta trauma kejadian yang lalu.

Ada yang bertanya, kalau ini terus berulang pasti ada yang salah dengan alam kita. Banjir bandang disebabkan hutan yang gundul disekitar dataran tinggi yang pada akhirnya ketika hujan lebat turun disekitar daerah pegunungan, tanah tidak lagi menyerap air, akar-akar pepohonan tidak lagi ada yang memperlambat lajunya aliran air kedaerah yang lebih rendah akibatnya kumpulan air itu berubah menjadi air bah yang membahayakan masyarakat yang tinggal di dataran rendah.

Kalau penyebabnya hutan yang gundul, itu salah siapa? Yang jelas itu salah kita semua, tapi porsi kesalahan tentu ada yang besar dan ada yang kecil. Sebut saja pemerintah sebagai pejabat yang berwenang memberikan izin perambahan kayu-kayu di hutan, perusahaan-perusahaan disertai pengusaha-pengusaha nakal yang mengambil keuntungan besar tanpa pernah mau tahu akibat ulah mereka alam rusak dan bencana akan terus terjadi. Masyarakat sekitar yang diajak bekerja di perusahaan sebagai dalih untuk mensejahterakan mereka, tapi ternyata kerusakan yang terjadi adalah salah kita semua.

Kenapa tiba-tiba pemerintah hobi sekali membuat program penanaman sejuta pohon di tengah perkotaan, sementara triliyunan batang pohon di hutan terus ditebang. Janganlah suka menutupi keburukan dengan kebaikan yang semu. Itu sama dengan perampok bank nasional yang menyumbangkan Rp. 1000,- kepada orang lain.

Sadarlah!!! Semua ini adalah salah kita, rusaknya alam akibat ulah manusia. Banjir, longsor serta bencana lainnya yang disebab rusaknya lingkungan akibat tangan-tangan manusia ‘Jahil’ yang pintar.


Kalau bencana ini tidak mau berulang lagi, perbaikilah sikap kita kepada alam. Pasti alam akan memberikan yang terbaik untuk kita semua. 

Keluarga Kita Bukan Mainan!

Persepsi masyarakat perlu diluruskan, atau paling tidak perlu diberikan pendidikan dan pengajaran yang disertai pemahaman yang benar pada masyarakat terutama generasi muda bahwa keluarga bukanlah permainan. Bila kita sering melihat berita di TV serta media elektronik, media cetak lainnya banyak berita tentang retaknya keluarga para artis, kawin cerai ala para artis atau pejabat itu bukan berarti prilaku artis tersebut pantas untuk ditiru.

Persepsi kita bahwa tontonan tidak selamanya bisa menjadi tuntunan. Lihat saja prilaku artis yang tidak tahu malu seperti “Artis yang mirip dengan” Aril ‘noah’ (red. Dulu di peterpan band) dan “Artis yang mirip dengan” Luna Maya yang video mesum “Porno” nya beredar luas di masyarakat dan pelajar. Bukan berarti hal tersebut menjadi sah sebagai penanda kebiasaan buruk masyarakat berprilaku permisif yang pada akhirnya kita menyaksikan video serupa yang beredar dan pelakunya adalah pelajar dari tingkatan SMP hingga mahasiswa perguruan tinggi.

Media juga terlalu suka menjual dan mengobral berita sampah semisal dengan perceraian artis ayu ting ting dan enji, skandal seks pejabat dan penyanyi dangdut semisal AM mantan ketua MK. Semua berita ini bukan berarti pantas ditiru atau bisa jadi media sudah turut serta menjadi sumber dan penyedia layanan dosa.
Dalam sebuah hadits dijelaskan dengan terang dan amat gamblang bahwa laki-laki dan perempuan yang telah menikah diharamkan untuk menyebarkan berita buruk apapun yang terjadi dalam keluarga mereka kepada orang-orang. Kecuali bila percekcokan sudah tidak bisa dihindari maka boleh saja memberitakannya tapi sebatas kepada orang yang berkompeten untuk dan bisa menjadikan keluarga tersebut utuh seperti apa yang diharapkan atau paling tidak bisa berpisah dengan cara yang baik-baik, bukan malah memberitakan melalui media social, internet, TV, radio, Koran, Majalah dan lain sebagainya.

Pemerintah sebagai pengawas secara umum mempunyai kewajiban untuk mendidik serta mengajarkan kepada masyarakat, terutama generasi muda tentang pemahaman keluarga dengan benar. Perlu ada kerja sama yang sinergis antara pemerintah, akademisi, penyuluh-penyuluh keluarga dalam kegiatan tersebut agar terciptanya keluarga yang baik yang melahirkan masyarakat dan bangsa yang baik pula. Bila ini bisa terealisasi maka harapan akan Negara yang kuat dan mandiri bukan hanya angan-angan belaka, tapi sebuah keniscayaan.