Rabu, 13 November 2013

Banjir Bandang Wasior terulang lagi!

Masih segar diingatan kita, di akhir 2010 lalu terjadi banjir bandang terjadi di distrik wasior manokwari papua, dan terlihat dengan jelas wajah-wajah ketakutan dan kesedihan akan bencana yang terjadi pada masyarakat disekitar daerah bencana. Rumah-rumah yang hanyut dan hancur dan berikut juga jalan-jalan serta jembatan-jembatan yang menghubungkan satu daerah dengan lainnya. Hari ini 13 November 2013 bencana itu kembali terjadi, lalu ramailah berita merebak keseluruh penjuru Indonesia yang kemudian membangkitkan rasa takut dan sedih serta trauma kejadian yang lalu.

Ada yang bertanya, kalau ini terus berulang pasti ada yang salah dengan alam kita. Banjir bandang disebabkan hutan yang gundul disekitar dataran tinggi yang pada akhirnya ketika hujan lebat turun disekitar daerah pegunungan, tanah tidak lagi menyerap air, akar-akar pepohonan tidak lagi ada yang memperlambat lajunya aliran air kedaerah yang lebih rendah akibatnya kumpulan air itu berubah menjadi air bah yang membahayakan masyarakat yang tinggal di dataran rendah.

Kalau penyebabnya hutan yang gundul, itu salah siapa? Yang jelas itu salah kita semua, tapi porsi kesalahan tentu ada yang besar dan ada yang kecil. Sebut saja pemerintah sebagai pejabat yang berwenang memberikan izin perambahan kayu-kayu di hutan, perusahaan-perusahaan disertai pengusaha-pengusaha nakal yang mengambil keuntungan besar tanpa pernah mau tahu akibat ulah mereka alam rusak dan bencana akan terus terjadi. Masyarakat sekitar yang diajak bekerja di perusahaan sebagai dalih untuk mensejahterakan mereka, tapi ternyata kerusakan yang terjadi adalah salah kita semua.

Kenapa tiba-tiba pemerintah hobi sekali membuat program penanaman sejuta pohon di tengah perkotaan, sementara triliyunan batang pohon di hutan terus ditebang. Janganlah suka menutupi keburukan dengan kebaikan yang semu. Itu sama dengan perampok bank nasional yang menyumbangkan Rp. 1000,- kepada orang lain.

Sadarlah!!! Semua ini adalah salah kita, rusaknya alam akibat ulah manusia. Banjir, longsor serta bencana lainnya yang disebab rusaknya lingkungan akibat tangan-tangan manusia ‘Jahil’ yang pintar.


Kalau bencana ini tidak mau berulang lagi, perbaikilah sikap kita kepada alam. Pasti alam akan memberikan yang terbaik untuk kita semua. 

Keluarga Kita Bukan Mainan!

Persepsi masyarakat perlu diluruskan, atau paling tidak perlu diberikan pendidikan dan pengajaran yang disertai pemahaman yang benar pada masyarakat terutama generasi muda bahwa keluarga bukanlah permainan. Bila kita sering melihat berita di TV serta media elektronik, media cetak lainnya banyak berita tentang retaknya keluarga para artis, kawin cerai ala para artis atau pejabat itu bukan berarti prilaku artis tersebut pantas untuk ditiru.

Persepsi kita bahwa tontonan tidak selamanya bisa menjadi tuntunan. Lihat saja prilaku artis yang tidak tahu malu seperti “Artis yang mirip dengan” Aril ‘noah’ (red. Dulu di peterpan band) dan “Artis yang mirip dengan” Luna Maya yang video mesum “Porno” nya beredar luas di masyarakat dan pelajar. Bukan berarti hal tersebut menjadi sah sebagai penanda kebiasaan buruk masyarakat berprilaku permisif yang pada akhirnya kita menyaksikan video serupa yang beredar dan pelakunya adalah pelajar dari tingkatan SMP hingga mahasiswa perguruan tinggi.

Media juga terlalu suka menjual dan mengobral berita sampah semisal dengan perceraian artis ayu ting ting dan enji, skandal seks pejabat dan penyanyi dangdut semisal AM mantan ketua MK. Semua berita ini bukan berarti pantas ditiru atau bisa jadi media sudah turut serta menjadi sumber dan penyedia layanan dosa.
Dalam sebuah hadits dijelaskan dengan terang dan amat gamblang bahwa laki-laki dan perempuan yang telah menikah diharamkan untuk menyebarkan berita buruk apapun yang terjadi dalam keluarga mereka kepada orang-orang. Kecuali bila percekcokan sudah tidak bisa dihindari maka boleh saja memberitakannya tapi sebatas kepada orang yang berkompeten untuk dan bisa menjadikan keluarga tersebut utuh seperti apa yang diharapkan atau paling tidak bisa berpisah dengan cara yang baik-baik, bukan malah memberitakan melalui media social, internet, TV, radio, Koran, Majalah dan lain sebagainya.

Pemerintah sebagai pengawas secara umum mempunyai kewajiban untuk mendidik serta mengajarkan kepada masyarakat, terutama generasi muda tentang pemahaman keluarga dengan benar. Perlu ada kerja sama yang sinergis antara pemerintah, akademisi, penyuluh-penyuluh keluarga dalam kegiatan tersebut agar terciptanya keluarga yang baik yang melahirkan masyarakat dan bangsa yang baik pula. Bila ini bisa terealisasi maka harapan akan Negara yang kuat dan mandiri bukan hanya angan-angan belaka, tapi sebuah keniscayaan.