Persepsi masyarakat perlu diluruskan, atau paling tidak
perlu diberikan pendidikan dan pengajaran yang disertai pemahaman yang benar
pada masyarakat terutama generasi muda bahwa keluarga bukanlah permainan. Bila
kita sering melihat berita di TV serta media elektronik, media cetak lainnya
banyak berita tentang retaknya keluarga para artis, kawin cerai ala para artis
atau pejabat itu bukan berarti prilaku artis tersebut pantas untuk ditiru.
Persepsi kita bahwa tontonan tidak selamanya bisa menjadi
tuntunan. Lihat saja prilaku artis yang tidak tahu malu seperti “Artis yang
mirip dengan” Aril ‘noah’ (red. Dulu di peterpan band) dan “Artis yang mirip
dengan” Luna Maya yang video mesum “Porno” nya beredar luas di masyarakat dan
pelajar. Bukan berarti hal tersebut menjadi sah sebagai penanda kebiasaan buruk
masyarakat berprilaku permisif yang pada akhirnya kita menyaksikan video serupa
yang beredar dan pelakunya adalah pelajar dari tingkatan SMP hingga mahasiswa
perguruan tinggi.
Media juga terlalu suka menjual dan mengobral berita sampah semisal
dengan perceraian artis ayu ting ting dan enji, skandal seks pejabat dan
penyanyi dangdut semisal AM mantan ketua MK. Semua berita ini bukan berarti
pantas ditiru atau bisa jadi media sudah turut serta menjadi sumber dan
penyedia layanan dosa.
Dalam sebuah hadits dijelaskan dengan terang dan amat
gamblang bahwa laki-laki dan perempuan yang telah menikah diharamkan untuk
menyebarkan berita buruk apapun yang terjadi dalam keluarga mereka kepada
orang-orang. Kecuali bila percekcokan sudah tidak bisa dihindari maka boleh
saja memberitakannya tapi sebatas kepada orang yang berkompeten untuk dan bisa
menjadikan keluarga tersebut utuh seperti apa yang diharapkan atau paling tidak
bisa berpisah dengan cara yang baik-baik, bukan malah memberitakan melalui
media social, internet, TV, radio, Koran, Majalah dan lain sebagainya.
Pemerintah sebagai pengawas secara umum mempunyai kewajiban untuk
mendidik serta mengajarkan kepada masyarakat, terutama generasi muda tentang
pemahaman keluarga dengan benar. Perlu ada kerja sama yang sinergis antara
pemerintah, akademisi, penyuluh-penyuluh keluarga dalam kegiatan tersebut agar
terciptanya keluarga yang baik yang melahirkan masyarakat dan bangsa yang baik
pula. Bila ini bisa terealisasi maka harapan akan Negara yang kuat dan mandiri
bukan hanya angan-angan belaka, tapi sebuah keniscayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar