Rabu, 13 November 2013

Keluarga Kita Bukan Mainan!

Persepsi masyarakat perlu diluruskan, atau paling tidak perlu diberikan pendidikan dan pengajaran yang disertai pemahaman yang benar pada masyarakat terutama generasi muda bahwa keluarga bukanlah permainan. Bila kita sering melihat berita di TV serta media elektronik, media cetak lainnya banyak berita tentang retaknya keluarga para artis, kawin cerai ala para artis atau pejabat itu bukan berarti prilaku artis tersebut pantas untuk ditiru.

Persepsi kita bahwa tontonan tidak selamanya bisa menjadi tuntunan. Lihat saja prilaku artis yang tidak tahu malu seperti “Artis yang mirip dengan” Aril ‘noah’ (red. Dulu di peterpan band) dan “Artis yang mirip dengan” Luna Maya yang video mesum “Porno” nya beredar luas di masyarakat dan pelajar. Bukan berarti hal tersebut menjadi sah sebagai penanda kebiasaan buruk masyarakat berprilaku permisif yang pada akhirnya kita menyaksikan video serupa yang beredar dan pelakunya adalah pelajar dari tingkatan SMP hingga mahasiswa perguruan tinggi.

Media juga terlalu suka menjual dan mengobral berita sampah semisal dengan perceraian artis ayu ting ting dan enji, skandal seks pejabat dan penyanyi dangdut semisal AM mantan ketua MK. Semua berita ini bukan berarti pantas ditiru atau bisa jadi media sudah turut serta menjadi sumber dan penyedia layanan dosa.
Dalam sebuah hadits dijelaskan dengan terang dan amat gamblang bahwa laki-laki dan perempuan yang telah menikah diharamkan untuk menyebarkan berita buruk apapun yang terjadi dalam keluarga mereka kepada orang-orang. Kecuali bila percekcokan sudah tidak bisa dihindari maka boleh saja memberitakannya tapi sebatas kepada orang yang berkompeten untuk dan bisa menjadikan keluarga tersebut utuh seperti apa yang diharapkan atau paling tidak bisa berpisah dengan cara yang baik-baik, bukan malah memberitakan melalui media social, internet, TV, radio, Koran, Majalah dan lain sebagainya.

Pemerintah sebagai pengawas secara umum mempunyai kewajiban untuk mendidik serta mengajarkan kepada masyarakat, terutama generasi muda tentang pemahaman keluarga dengan benar. Perlu ada kerja sama yang sinergis antara pemerintah, akademisi, penyuluh-penyuluh keluarga dalam kegiatan tersebut agar terciptanya keluarga yang baik yang melahirkan masyarakat dan bangsa yang baik pula. Bila ini bisa terealisasi maka harapan akan Negara yang kuat dan mandiri bukan hanya angan-angan belaka, tapi sebuah keniscayaan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar