Kasihan sekali para
ibu-ibu yang tidur malamnya tidak kunjung lelap, sebab hujan malam itu tak
kunjung reda. Bila ia bisa tidur dengan lelap, kemungkinan air luapan dari
sungai, selokan yang tak mampu menampung debit air hujan akan masuk kerumah-rumah
mereka, membasahi dan bahkan menenggelamkan semua perabotan rumahtangga,
alat-alat elektronik dan anak-anak mereka yang telah tertidur pulas.
Konon kota Pekanbaru
nan bertuah itu dah lama jadi kota berkuah, semenjak pertumbuhan kota semakin
menggila, sepanjang jalan dan pandangan mata banyak jejeran ruko berdiri, tak
serupa dan tak sama warna, badan jalan yang sudah beralih fungsi jadi lahan parkir,
pejalan kaki pun semakin segan melewati jalan sebab kota semakin tidak ramah
dengan mereka. Bila hujan turun…hanya hitungan menit bisa dipastikan jalanan
akan berubah menjadi kolam raksasa.
Daerah pinggiran kota
yang dulu rawa dan daerah resapan kini sudah berubah jadi perumahan, maka wajar
saja saat banjir tinggi air yang menggenangi perumahan itu bisa mencapai dada
orang dewasa. Parit, selokan dan sungai-sungai sudah menyempit dan dangkal. Pernah dulu adan niatan membuat master plan "Water Front City" mungkin ingin mencontoh venesia di eropa. tapi itu hanya usulan yang hampir jadi igauan, nyaris tak tersentuh apalagi dilaksanakan.
Bisa saja kita
berdalih kejadian ini menimpa hampir disemua kota-kota dibelahan dunia. Tapi,
apakah benar kita ingin disamakan dengan kota-kota yang senantiasa banjir bila
hujan turun? Tentu tidak adalah jawaban kita.
Berbenah dan
memperbaiki tata kota adalah jawaban semuanya, membangun selokan dan
memperbaiki drainase sebelum membangun perumahan dan jalanan besar. Membuat suangai-sungai
baru dan pengerukan sungai-sungai lama yang dangkal. Membuka ruang hijau dan
serapan air serta menghidupkan kembali ekosistem perairan agar alam kembali
berbaik hati dengan kita.
“Zhaharal fasadu
fil barri wal bahri bima kasabat andinnas” telah jelas alam yang rusak
karna kita semua, maka hanya kita bersama pula yang bisa memperbaikinya. “Qad
gharasa man qablana fa akalna, wa naghrisu nahnu liya`kula man ba’dana” Hari
ini kita merancang untuk masa depan anak cucu kita yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar